Mantan Mendiknas “ Yahya A. Muhaimin†Luncurkan Buku Biografi
Mantan Mendiknas Yahya A. Muhaimin melunncurkan buku biografi “Tiga Kota Satu Pengabdian.” Peluncuran buku ini berlangsung meriah dan dihadiri banyak tokoh.
Jakarta-Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Yahya A. Muhaimin, Selasa, 12 Juni 2012, di kantor Mendiknas, di Jakarta, meluncurkan buku biografi dengan judul “Tiga Kota Satu Pengabdian.” Dalam buku bersampul hijau itu, mantan Mendiknas di era Presiden Abdurraman Wahid dan Megawati Soekarnoputri ini, menceritakan pengalamannya di bidang yang berbeda-beda.
Pertama, perjalanan akademis Prof . Dr. Yahya A. Muhaimin. Jejak langkahnya sebagai pengajar dan ilmuwan pada dunia pendidikan dan keberadaannya sebagai pengamat militer yang disegani di negeri ini. Analisanya mengenai peran militer di masa Orde Baru membuat dirinya makin dikenal. Kala itu militer memegang peran amat strategis dalam pemerintahan dan politik di masa Orde Baru.
Kedua, keterlibatannya di lembaga sosial keagamaan, persinggungan dengan politik dan sebagai salah satu kader partai politik serta jabatan Mendiknas. Pada dunia inilah banyak perbedaan pendapat yang mungkin sulit dihindarinya. Ketiga, persahabatan Prof. Dr. Yahya A. Muahimin dengan tokoh besar di negeri ini, seperti dengan K.H. Abdurrahman Wahid dan M. Amien Rais yang merupakan sebuah persahabatan murni antar sesama manusia.
Beberapa sahabatnya mengakui kehebatan seorang Prof. Dr. Yahya A. Muhaimin yang dapat memainkan peran penting di tiga dimensi kehidupannya. " Anak luar biasa dari Dukuh Turi ini membuat lompatan quantum sampai tiga kali dalam waktu relatif singkat. Sekali ketika sebagai teenager, santri ini langsung mendarat di Bible belt Amerika Serikat. Lompatan kedua dilakukannya dari UGM ke MIT. Yang benar-benar ajaib adalah lompatannya dari status dosen menjadi menteri. Sungguh pantas dibuatkan biografi " kata Dr. Nono Anwar Makarim yang hadir saat peluncran buku tersebut.
Sementara itu, M. Amien Rais yang turut hadir pada peluncuran buku itu mengatakan, “Mungkin karena sebaya dan satu generasi, ditambah latar belakang keluarga yang tidak jauh berbeda, kami mudah menjalin persahabatan yang panjang dan awet. Banyak teman yang menyatakan rahasia persahabatan yang panjang, awet dan stabil itu karena "tidak ada dusta di antara kami berdua," kami berdua sesungguhnya saling komplementer dan saling melengkapi. Hal ini dapat saya rasakan sewaktu Mas Yahya menjadi ketua jurusan Hubungan Internasional dan kemudian menjadi Dekan Fisipol UGM. Demikian juga ketika kami memimpin Muhammadiyah dan sewaktu aktif di Partai Amanat Nasional, Mas Yahya sering menginjak rem kuat-kuat kalau saya mau menginjak gas terlalu cepat."
Konsistensi pemikiran Prof. Dr. Yahya A. Muahimin juga diakui oleh mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tanjung, "Beliau merupakan pengamat politik dan kemiliteran yang konsisten menyandarkan pada jalur keilmiahan, dan tidak terpengaruh oleh kepentinan kekuasaan. Yang menarik juga ,meskipun Prof. Dr. Yahya pernah memegang berbagai posisi yang cukup penting, saya melihat Prof. Yahya tetaplah sosok yang sederhana dan rendah hati, pribadinya santun dan tidak membuat jarak dengan orang yang diajak bicara," ujar Bang Akbar sapaan akrabnya.
Di tempat sama, Mendiknas, Muhammad Nuh, kepada Mekar Pribadi mengatakan, banyak yang dapat dipetik dari buku ini, salah satunya adalah konsistensi. “Dalam buku ini beliau menggambarkan sebagai orang yang konsisten. Segala sesuatu kalau dilakukan secara konsisten ibarat batu kalau ditetesin air secara terus menerus maka akan bolong juga. Karena itu kita harus menanamkan kepada adik-adik kita untuk tetap konsisten dalam melakukan sesuatu,” jelasnya.
Muhammad Nuh juga menambahkan, sebagai junior di lingkungan Mendiknas dirinya banyak bertanya kepada Yahya A. Muhaimin. “Beliau pun dengan senang hati banyak memberi pandangan kepada saya tentang Kemendiknas. Karena itu buku ini sangat inspiratif,” kata Muhammad Nuh.
Peluncuran buku yang berlangsung meriah ini dihadiri beberapa tokoh yang merupakan sahabat Yahya A. Muhaimin, diantaranya Amin Rais, Akbar Tanjung, Nono A. Makarim dan A.M Fatwa. (krt)
kirim ke teman | versi cetak | Versi PDF