Juara III Lomba Menulis SMA
PERMAINAN TRADISIONAL MASUK SEKOLAH
Permainan tradisional anak-anak hampir terlupakan atau hilang, banyak macamnya di Indonesia bahkan tidak dapat dihitung dengan jari. Beberapa permainan anak-anak yang ingin saya ulas dan sedikit dijabarkan yang sering saya mainkan sewaktu kecil seperti: gasing, petak umpet, ular naga, congklak, bola bekel, galasin.
Gasing merupakan mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Petak umpet adalah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak pemain, permainan ini akan semakin seru. Permainan ini mempererat tali persaudaraan. Ular Naga, salah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Congklak, dalam permainan ini sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan. Dalam permainan ini mengedepankan ketelitian dan kejujuran antara kedua pemain. Bekel merupakan permainan melontarkan bola ke atas dan menangkapnya kembali. Tetapi pada saat bersamaan harus mengambil atau mengubah posisi biji-biji yang ada sesuai peraturan tingkat kesulitan yang dijalankan. Galasin atau gobak sodor merupakan permainan yang membutuhkan banyak pemain. Permainan ini biasanya dilakukan di lapangan yang luas.
Permainan tradisional anak-anak zaman dahulu banyak memengaruhi fisik (bukan kekerasan) tapi juga melatih daya pikir, kekompakkan dan keterampilan si anak. Bandingkan dengan permainan anak-anak zaman sekarang. Permainan anak-anak sekarang terbilang canggih, semuanya serba teknologi. Mulai dari mobil-mobilan remote control, pesawat remote control, nintendo, PS, PSP, Game Online, Chatting, Facebook, Twitter dan permainan serba canggih lainnya. Dari satu sisi sebenarnya baik karena otak anak-anak jadi cepat tahu perkembangan teknologi, istilahnya tidak gaptek. Tapi sisi lainnya ke semua permainan tersebut tidak banyak memengaruhi fisik mereka. Mengapa sampai saya bilang seperti itu? Karena cara memainkan kesemua permainan tersebut hanya dengan duduk diam. Misalnya anak yang sedang bermain PS pasti duduk, tidak mungkin lari-lari ke sana kemari. Bisa-bisa kabel stiknya akan putus. Begitupun dengan memainkan game online, chatting, facebook dan permainan teknologi lainnya, kebanyakan dengan duduk. Yang bergerak hanyalah jari-jari mereka. Membuat anak-anak menjadi malas untuk bergerak.
Memang terdapat dampak positif dan negatif dari berbagai jenis permainan yang berlatar belakang teknologi. Anak-anak di zaman ini sudah seharusnya bisa mengikuti arus perkembangan teknologi agar tidak tertinggal namun kelestarian permainan tradisional pun harus dijaga. Hal ini bisa dimulai dari institusi pendidikan. Kebiasaan anak bermain di sekolah tentu mampu membangkitkan kegairahan dalam mempertahankan permainan tradisional. Misalnya dalam jam-jam istirahat, selain jajan mereka juga bisa bermain permainan tradisional untuk menyegarkan pikiran setelah belajar. Tidak hanya mengandalkan teknologi tapi juga kebugaran dan keterampilan fisik.
Sangat disayangkan permainan tradisional anak-anak tersebut sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak kecil masa kini sehingga ketika beranjak remaja mereka tidak mengenal berbagai permainan tradisional. Masa kanak-kanak seharusnya diisi dengan kesenangan tapi tetap bisa mengasah keterampilan dan kreativitasnya dengan membuat mainan seperti pletokan. Seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri teknologi semakin maju. Anak-anak pun mengikuti perkembangan zaman seperti munculnya bebagai gadget, mereka jadi individualistis dan lebih senang bermain dirumah dengan gadgetnya.
Sudah selayaknya institusi pendidikan mampu mengingatkan dan mengarahkan anak-anak didiknya untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi tanpa meninggalkan unsur budaya yang ada. Bermain, satu kata yang sangat disenangi oleh hampir seluruh anak. Permainan yang baik adalah permainan yang terarah. Begitu juga dengan berbagai jenis permainan, permainan tradisional dan permainan yang berkembang lewat teknologi harus diseimbangkan. Hal ini dimaksudkan agar permainan yang sudah ada dan yang sedang berkembang bisa dipertahankan serta terus dikembangkan agar mampu memiliki nilai positif bagi para pemainnya, sehingga rasa kebersamaan dan keinginan mereka untuk bermain di luar rumah dengan teman-teman seusianya tidaklah berkurang. Inilah tugas dan kewajiban kita sebagai generasi muda untuk terus melestarikan permainan tradisional anak-anak Indonesia, baik di rumah maupun di sekolah karena permainan tradisional anak-anak adalah bagian dari kebudayaan Indonesia.
WANDA NURHAYATI FRANGGA KASTELA
SMA MALAHAYATI
kirim ke teman | versi cetak | Versi PDF