Juara II Lomba Menulis SMA
BAJU BASIBA ALA MINANGKABAU
Di Akhir tahun 2009, tim MD Pictures sengaja bertandang ke Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang dalam rangka melakukan pencarian referensi untuk sebuah film baru yang mereka garap. Film yang sempat booming dengan judul “Dibawah Lindungan Ka’bah” itu dibuat dengan sungguh-sungguh agar setiap kronologi dalam ceritanya benar-benar menyampaikan apa yang terjadi di masa lampau. Agar keidentikan cerita dan kebenaran peristiwa di masa itu benar-benar tersampaikan melalui film tersebut. Mereka memilih Perguruan Diniyyah Puteri sebagai salah satu pusat data yang memiliki dokumentasi mengenai lingkungan Minangkabau di masa lalu, termasuk detail seperti bentuk ruang belajar, bentuk ruang kelas, bentuk rumah, hingga model pakaiannya.
Laudya Chynthia Bella yang memerankan Zainab dalam film tersebut terlihat begitu anggun menggunakan baju yang benar-benar terlihat berbeda dari jenis baju pada umumnya. Bukan baju kebaya ataupun batik, tetapi baju basiba yang merupakan pakaian bagi kaum perempuan di Minangkabau.
Baju basiba lahir dari filosofi orang Minang yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam yang menjadi sendi kehidupan mereka. Standar pakaian orang Minangkabau adalah tidak menonjolkan bagian tubuh yang bisa menimbulkan gangguan bagi lawan jenisnya. Sedangkan syarat pakaian menurut Islam adalah harus menutup aurat yaitu, seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Inilah mengapa baju basiba merupakan pakaian yang sesuai dengan filosofi kehidupan orang Minangkabau yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis.
Kata basiba berasal dari tiga tanda jahitan yang berawal dari bagian ujung di bawah bahu wanita yang di beri pita (bis) yang sesuai dengan warna baju tersebut. Bagian lain dari baju ini adalah kikiak yang berguna untuk menyambung bagian lengan dengan bagian badan baju, sehingga bentuknya menjadi lebih leba, yang sesuai dengan filosofi perempuan Minang yaitu lapang alam, yang artinya bijaksana, berwawasan luas, serta gesit dan memiliki keluwesan dalam bertindak.
Bentuk fisik baju basiba ini memang berbeda dengan pakaian kurung lain pada umumnya. Bentuknya longgar, tidak bersaku, dengan lengan panjang dan ukuran panjangnya sampai kebawah lutut. Biasanya baju basiba dipadukan dengan kain sarung jawa hingga ke mata kaki, serta selendang sebagai penutup kepala. Baju basiba juga merupakan baju adat serta baju perkawinan bagi kaum perempuan Minangkabau.
Baju basiba umumnya tebuat dari bahan yang sejuk, sehingga tidak membuat orang yang memakainya kepanasan. Selain itu, karena modelnya yang longgar, baju basiba membuat si pemakai tetap bebas untuk melakukan aktifitas yang banyak bergerak.
Budaya pakaian baju basiba ini bahkan telah menyentuh daerah-daerah melayu lainnya seperti di Malaysia dan Brunei. Biasanya baju basiba dipadukan dengan jilbab. Di Malaysia sendiri, baju ini sempat akan diklaim hak ciptanya. Namun jika dibaca lagi, baju basiba ternyata merupakan baju khas budaya Minangkabau yang ternyata bisa sampai di negeri jiran tersebut, karena beberapa pejuang Minang yang dikirim ke beberapa daerah termasuk Malaysia untuk menyebarkan kebudayaan Minangkabau agar tidak punah seiring dengan berjalannya penjajahan.
Baju basiba benar-benar memenuhi apa yang diperintahkan oleh agama Islam. Terlebih lagi, mayoritas penduduk di Indonesia yang merupakan pemeluk agama Islam. Namun banyak pandangan, bahkan dari pihak kita sendiri yang menganggap bahwa baju basiba ketinggalan zaman, tidak mengikuti trend, bahkan kampungan.
Seiring dengan berkembangnya trend dan mode fashion dari luar, budaya dan kekayaan bangsa kita sendiri justru tergerus seiring perkembangan zaman, yang oleh para penerus bangsa ini, justru diabaikan begitu saja. Miris jika melihat kenyataan bahwa negara lain justru rela berseteru dan gigih berusaha untuk mengklaim dan merebut budaya kita yang begitu menggiurkan daya tariknya, namun ditolak mentah-mentah oleh pemilik aslinya. Lihat saja bagaimana berbagai budaya yang kita miliki malah sama sekali tidak diketahui oleh generasi penerus bangsanya.
Meski begitu, di sebuah kota mungil bernama Padang Panjang di provinsi Sumatera Barat, para gadis remaja yang menggunakan baju basiba dapat ditemukan dengan mudah di pesantren-pesantran yang menjamur di sana, seperti di pesantren Thawalib Putri, dan khususnya di Perguruan Diniyyah Puteri.
Diniyyah Puteri sendiri memadukan baju basiba dengan lilit. Lilit sendiri sebenarnya merupakan selendang yang di lilitkan keseluruh bagian kepala hingga menutupi dada. Pendiri perguruan Diniyyah Puteri, Rahmah El-Yunusiyyah lah yang pertama kali memodifikasi model lilit yang biasa menjadi penutup kepala wanita arab, bagi santrinya. Sehingga, baju basiba dan lilit merupakan perpaduan antara budaya Arab dengan budaya Minangkabau.
Di Padang Panjang, terutama di Perguruan Diniyyah Puteri, seluruh santrinya yang terdiri dari gadis-gadis remaja, turut melestarikan budaya baju basiba yang kini cenderung diabaikan dan terancam musnah. Tak ada hal yang membuat mereka merasa malu dengan budaya nenek moyang mereka. Mereka justru dengan senang dan berbangga hati menjaga dan memberikan sebuah nilai yang tanpa disadari, memberikan keuntungan tersendiri, terutama bagi kaum perempuan.
Seperti, baju basiba mampu menjaga si pemakai dari tatapan maupun niat jahat orang lain yang berada di sekitarnya. Kebanyakan kasus kriminal yang menimpa kaum perempuan terjadi karena banyaknya perempuan yang memakai baju serba terbuka sehingga secara tidak langsung mengundang perhatian sehingga menimbulkan niat jahat.
Maka dari itu, baju basiba merupakan suatu budaya Minangkabau yang harus terus dilestarikan dan dijaga kelestariannya agar semua orang bisa merasakan manfaat yang dibawa oleh budaya tersendiri bernama baju basiba ini. Sehingga di masa depan, baju basiba akan lestari dan menggurita, seperti halnya baju kebaya yang kini mendunia.
Sumber dan referensi :
1. Wawancara dengan Bundo Kanduang Sumatera Barat, Prof. Dr. Hj Puti Reno Raudhah Thaib
3. http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/sosial-a-budaya/5524-basiba-traditional-costume.html
4. http://limapuluhkota.org/index.php-mod=objek_wisata&act=show&id=54.htm
Nama: Bayu Suci Kurnia
Asal Sekolah: Madrasah Aliyah KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Alamat Tempat Tinggal : Perguruan Diniyyah Puteri, Jalan Abdul Hamid Hakim No.30 Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
kirim ke teman | versi cetak | Versi PDF